Indonesia punya Pertamina, tetangga kita Malaysia juga punya Petronas. Malaysia memberikan kepercayaan
penuh dan hak istimewa kepada petronas untuk mengelola Migasnya.
Uniknya, Petronas yang lahir belakangan dan lebih muda dari Pertamina
ternyata menduduki peringkat 18 (tahun 2006), 17 (tahun 2007) dari PIW
(petroleum intelligent weekly,2007) berdasarkan PIW index sedangkan
Indonesia hanya mampu mencapai peringkat 30 (tahun 2006 dan 2007).
Pertamina
Nama Pertamina pertama sekali lahir pada tahun 1968. Waktu itu 2 buah
Perusahaan Negara yang bernama PN Pertamin dan PN Permina dimerger
menjadi satu. Perusahaan baru hasil merger ini diberi nama PN Pertamina.
Dalam perkembangan selanjutnya PN pertamina berubah nama menjadi PT
Pertamina (Persero) seperti yang sekarang kita kenal.
Semenjak tahun 1968 – 2001, Pertamina tidak telalu berkembang dan masih
kalah pamor dengan perusahaan-perusahaan migas multinasional lainnya
yang beroperasi di Indonesia. Keuntungan yang diperoleh ternyata tidak
mampu menyejahterakan rakyat Indonesia. Pengelolaan perusahaan yang
masih jauh dari professional juga ikut berpengaruh terhadap kinerja
Pertamina waktu itu.
Pada tahun 2001 terjadi reformasi besar-besaran dalam tubuh pertamina
dengan dilakukannya Restrukturisasi Korporate Pertamina sesuai dengan
undang-undang no 22 tahun 2001. Dengan adanya perubahan dalam tubuh
pertamina ini dan juga dengan dukungan penuh dari pemerintah, kini
pertamina sudah menjadi produsen minyak nomor 2 di Indonesia dengan
produksi 128 ribu barel perhari dan juga produsen gas nomor 2 dengan
produksi 885 MMSCFD (WP&B 2008). Sedikit demi sedikit kini Pertamina
mencoba untuk mengejar ketinggalannya.
Petronas
Pada tahun 1973 terjadi krisis minyak yang ikut melanda Malaysia. Krisis
ini ternyata mampu menyadarkan pemerintah Malaysia akan pentingnya
pengelolaan sumber daya alamnya sendiri. Pada 17 agustus 1974, dengan
menggunakan perangkat hukum, melalui UU, Malaysia mendirikan Petronas
dengan tujuan untuk menjamin sumber daya Migas nasional dikembangkan
sejalan dengan kebutuhan dan aspirasi bangsa.
Petronas mempunyai hak istimewa untuk melakukan proses pengilangan
minyak dan memproduksi petrokimia. Petronas ditetapkan secara integrated
sebagai entitas bisnis bidang migas dalam spectrum yang luas dalam
bisnis minyak baik sector hulu maupun hilir. Pada dasarnya, Malaysia
belajar mengelola perminyakan dari Indonesia dengan mengadopsi
Production Sharing Contract (PSC) yang semula dicetuskan oleh Indonesia
dan diterapkan di Pertamina. Tetapi dengan kerjasama Petronas dengan
pemerintahnya serta iklim investasi di Malaysia yang lebih baik maka
Malaysia lebih berhasil dalam mengaplikasikannya.
Beberapa Tugas yang harus dilakukan Petronas adalah : memberikan nasehat
kepada pemerintah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perminyakan,
menarik investor asing di sektor perminyakan, merumuskan kebijakan,
perencanaan dan strategi dalam pengelolaan sumber daya migas nasional,
melakukan hubungan jangka panjang dalam eksplorasi sumberdaya melalui
pembentukan PSC, menjamin pengembalian/penghargaan yang adil pada
investor yang berhasil berdasarkan kelayakan prospek/tingkat resiko,
mendorong investasi berkelanjutan untuk mempertahankan produksi.
Pertamina VS Petronas
Kalau kita bandingkan pertamina dengan petronas, rasanya sungguh tidak
mengenakkan. Pertamina lahir lebih dahulu, mencetuskan dan menerapkan
system Production Sharing Contract lebih awal, tetapi ternyata malah
Petronas yang lebih Berjaya. Hal ini bukan hanya karena Petronas
berhasil mengimplementasikan system PSC dengan sangat baik, tetapi juga
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
Malaysia menggunakan hasil minyaknya untuk pendidikan dan mengembangkan
kemampuan nasionalnya. Sedangkan Indonesia menggunakannya untuk subsidi
BBM, membayar hutang dan korupsi
Terdapat kritik bahwa birorat di Indonesia punya kecenderungan tidak
biasa bekerja sama (sering disebut dengan egoisme sektoral, egoism
profesi dsb).
Meski sudah lama bergerak di bidang migas namun aset Pertamina masih
jauh dari Petronas yang notabene adalah muridnya. “Total aset yang
dimiliki Pertamina hanya seperlima dari aset milik Petronas. Padahal
kita tahu Petronas adalah belajar dari Pertamina.
Pemerintah Malaysia pada saat ini hanya memberikan subsidi sekitar Rp
800,00/liter untuk harga minyak berapapun (harga BBM di Malaysia
sekarang sekitar Rp 7750,00/liter). Disamping itu, Petronas juga
mengelola banyak lapangan migas di luar negeri. Pada tahun 2000,
Petronas tercatat beroperasi di 24 negara.
Budaya birokrasi baik di pemerintahan maupun perusahaan milik Negara
lebih mendukung kemajuan bangsa. Salah satu penyebab pertamina kurang
maju pada waktu itu adalah karena bersifat dan bermental Juragan.
Pertamina tidak punya keinginan untuk melakukan sesuatu sendiri. Kalau
bisa semuanya dilakukan oleh pihak ketiga baik di sektor hulu maupun
hilir.
Budaya pemimpin Indonesia zaman dulu yang tidak suka dikritik dan
menganggap dirinya paling benar juga ikut menghambat perkembangan
Pertamina. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang terjadi di Pemerintah
maupun di Badan Usaha Milik Negara sama sekali tidak mendorong
kompetisi, malah mendorong ketidakefisiensian.
Petronas hanya bertanggung jawab kepada perdana menteri, dulu Pertamina
seperti itu juga menurut UU 8/1971 tapi praktiknya ada DKPP (dewan
Komisaris Perusahaan Pertamina) yang terdiri dari 5 menteri yang secara
operasional mengendalikan pertamina. Hal ini menyebabkan
berbelit-belitnya dalam pengambilan setiap keputusan dan menghambat
dalam pengurusan beragam perizinan.
Pertamina Vs Petronas
25/04/12 on
Tidak ada komentar:
Posting Komentar