2011, 82 Pelajar Meninggal Karena Tawuran
Kejadian tawuran mencapai 339 kasus atau naik 100 persen dari tahun 2010.
"Dari 339 kasus kekerasan antar pelajar, ada 82 pelajar meninggal dunia. Selebihnya luka berat dan ringan," ujar Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, 20 Desember 2011.
Menurut Arist, dari hasil analisis yang dilakukan Komnas PA, kurangnya sosialisasi dan tanggung jawab pelajar dengan lingkungan, menjadi karakteristik pelajar saat ini yang memengaruhi mereka terlibat aksi kekerasan.
Anak yang ikut tawuran, cenderung mengalami gangguan emosional dan sangat reaktif. Kebanyakan dari pelajar saat ini lebih menyukai tantangan dan bahaya.
"Mereka juga sulit disiplin dan mengontrol diri, liar dan cenderung jahat," ujar Arist.
Pelajar tidak pernah memikirkan dampak yang akan mereka dapatkan dari setiap aksi tawuran. "Mereka menceburkan diri dalam satu kegiatan tanpa menyadari risiko yang akan ditanggung. Apakah akan membahayakan, atau mendapat sanksi dari sekolah, itu tidak mereka pikirkan," kata Arist.
Ditambahkan Arist, kurangnya pemahaman etika, dan norma dalam kehidupan para pelajar, membuat mereka menjadi tidak demokratis, menghargai pluralisme dan toleransi. Selain itu, mereka tidak bisa menerima perbedaan pendapat dan hak asasi manusia.
Karena itu, Komnas PA meminta pemerintah dan lingkungan sekolah melakukan sosialisasi atau kampanye anti kekerasan untuk menekan budaya tawuran di kalangan pelajar.
"Anak itu peniru yang ulung dan selalu meniru apa yang dilihat dari lingkungan rumah, sekolah, lingkungan sosial," kata Arist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar