lebih dari 40 persen warga Jakarta harus membeli air dengan harga mahal. Harga yang harus dibayarkan per meter kubik adalah sebanyak Rp37 ribu hingga Rp85 ribu. Itu salah satu air termahal di dunia
ini disebabkan PAM Jaya yang merupakan representasi negara tapi tersandera kontrak yang dibuatnya dengan swasta. Bahkan kontrak tersebut berjalan sampai 25 tahun sejak tahun 1997.
Tak hanya tersandera, PAM Jaya juga menanggung kerugian hingga Rp 1,3 triliun. Sementara akuisisi perusahaan menjadi minus Rp 985,72 miliar.
Aset PAM sebelum bekerja sama dengan operator swasta pada tahun 1997 mencapai Rp 1,49 triliun. Namun, turun menjadi Rp 204,46 miliar.
Selain itu, air bersih di Jakarta hanya tinggal 2,2 persen. Sementara penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) mengungkapkan mutu aliran sungai di 45 titik pantau di 13 DAS Ciliwung pada 2010, yaitu nol persen dengan kondisi baik, tercemar ringan sembilan persen, tercemar sedang sembilan persen, sementara tercemar berat 82 persen.
Hal itu disebabkan karena kondisi pengelolaan limbah yang memprihatinkan. Dari 144 gedung apartemen yang terdaftar di BPLHD, lebih dari 50 persen tidak memiliki pengelolaan limbah.
Padahal dari air limbah itu, 85 persen terdapat grey water (air kotor domestik non tinja) dan 60 persen black water (air kotor domestik mengandung tinja). Air itulah yang tak diolah dan langsung menyerap ke badan air dan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar