Realita Indonesia, yang Bikin Miris
Potret ironi dapat kita lihat di seluruh pelosok Indonesia, salah satu contoh adalah Nyi Siti Rahmah (85) di Pamekasan. Di rumahnya yang berdinding anyaman bambu dan seng, lantainya tanah, tampak kumuh, tak terawat, dan tidak layak huni.
Ya, rumah gedek mulai reot berukuran 2x2 meter itu, dihuni oleh nenek tua yang setiap harinya menangis tanpa harus berdenting keras. Jika rasa lapar sudah datang, Siti Rahmah hanya mengeluarkan air mata. Air mata itu tak berharga menurutnya.
Ia sudah bosan, dengan kondisi karena tidak ada satupun orang yang datang untuk peduli pada kehidupannya. Puluhan tahun, nenek yang tidak punya anak dan keluarga ini hanya menghabiskan waktu bersama dingin malam dan tumpukan sampah yang berceceran di lantai rumahnya.
Tak salah jika wajah Siti Rahmah terlihat suram. Bicaranya pelan saat menerima tamu yang tiba-tiba berkunjung. Dia kebanyakan menunduk menatapi tanah liat keras menghitam yang menjadi lantai rumahnya. Beberapa kali dia menggosok-gosok plastic yang dia duduki. Sesekali, Siti memerbaiki sarung yang dipakainya dan dengan kaku menatap tamunya
"Jika lapar, saya hanya menangis, Jika ada orang yang memberi uang, saya belikan nasi. Hanya nasi. Hanya Nasi. Hanya Nasi," kata Siti Rahmah, sembari mengeluarkan air mata.
Kalau mau jujur melihat akar permasalahan, kehidupan Siti Rahmah tak lepas dari kemiskinan yang masih membelenggu sebagian besar rakyat. Bayaknya rakyat yang antri pada setiap pembagian zakat atau sembako yang dilakukan segelintir orang kaya, menandakan bahwa masih banyak kaum miskin ada di sekitar kita. Kalau tingkat kesejahteraan hidup mereka sudah baik, tidak mungkin mereka "mbelani" untuk mendapatkan uang yang hanya Rp 20 ribu. Ini merupakan potret nyata kemiskinan masih banyak ditemui di negeri ini.
Bandingkan dengan penyelenggara negara kita, Indonesia. Gaji sudah melimpah ruah, masih merasa kurang dan menghalalkan segala cara termasuk korupsi. Di negara-negara maju korupsi merupakan sebuah fenomena yang tidak lagi mendominasi penyelenggaraan negara. Korupsi bisa ditekan sampai sangat kecil sehingga alur anggaran negara bisa terawasi dan pajak disalurkan untuk kepentingan umum.Di negara-negara yang baru maju seperti Indonesia, sebagian pegawai negeri di perbankan, BUMN, departemen, lembaga penegak hukum masih kehausan untuk mengisi kantungnya demi penampilan makmur di depan umum. Seolah-olah ingin menghapus kesan bahwa pegawai negeri itu miskin.
Oleh sebab itulah setiap kesempatan digunakan untuk memperkaya diri. Bahkan tabungan dan deposito serta harga bergerak atau tidak bergerak lainnya disembunyikan dari pantauan umum, bahkan mungkin dari pengamatan rekan sekantor. Sifat rakus inilah yang kemudian menghancurkan sendi-sendi kepercayaan terhadap negara. Sifat ingin kaya dengan jalan pintas melalui jabatannya itulah yang membuat jurang kaya miskin semakin sulit dipersempit. Budaya manusia yang rakus inilah yang membuat negeri yang makmur ini miskin secara menyeluruh tetapi sebagian kecil kaya dan bahkan superkaya dari pendapatan yang tidak jelas dan kadang-kadang suram.Sistem pemeriksaan kekayaan yang sudah mapan di negara maju menyebabkan lubang untuk menyembunyikan kekayaan semakin kecil. Sebaliknya di negeri seperti Indonesia, orang bisa saja kaya dari pemasukan yang tidak jelas, tanpa ada sanksi hukum. Bahkan malangnya petugas hukum juga ikut bermain, menikmati kekayaan haram yang mungkin akan dinikmati juga oleh keturunannya. Dengan alam demokrasi seperti ini memungkinkan untuk mengawasi para penyelenggara negara yang rakus menghabiskan harta negeri ini.
Dengan menumpuk harta ini mereka berharap bisa memberikan kebahagiaan. Sebagian diantaranya malah menumpuk harta dengan jalan menyalahgunakan jabatannya sadar atau tidak sadar.Namun jika kita melihat fenomena koruptor yang sengaja mengumpulkan kekayaan dengan haram maka mereka akan berakhir dengan nasib nista di dunia.
Realita Indonesia, yang Bikin Miris
4.5
5
Fizzo's Blog
05/05/12
Potret ironi dapat kita lihat di seluruh pelosok Indonesia, salah satu contoh adalah Nyi Siti Rahmah (85) di Pamekasa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar