1.Kurangnya Lapangan Pekerjaan
Banyak
Orang Indonesia Pergi Ke Malaysia,Amerika, Hongkong, Dll hanya untuk mencari pekerjaan yang tidak dapat di penuhi oleh pemerintah. Terlalu banyak PN( Pegawai Negeri ) yang tidak diimbangi dengan kinerja menyebabkan membengkaknya anggaran negara yang dikeluarkan untuk belanja pegawai, padahal neraca kita selalu defisit dikarenakan besarnya alokasi untuk belanja pegawai tersebut.
2.Indonesia lahan yang empuk bagi korporasi asing mengeruk keuntungan
Perbankan asing sudah merajalela di Indoonesia, dari sisi aset, dari 10 bank terbesar di Indonesia, enam tempat diisi
oleh bank yang dimiliki oleh pemodal asing: BCA (Mauritius), CIMB Niaga
(Malaysia), Danamon (Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris),
BII (Malaysia). Sisanya ditempati oleh bank plat merah. Pemerintah juga menegaskan tidak akan ada pembatasan kepemilikan perusahaan tambang asing, Amerika adalah negara yang paling banyak menempatkan perusahaannya di bidang pertambangan. Disektor otomotif, Jepang menguasai pasar mobil dan motor dengan merk-merknya. Amerika juga menancapkan kukunya di bidang makanan cepat saji, perfilman, minuman, dan produk yang rata rata di konsumsi setiap hari oleh rakyat indonesia.
3.Indonesia terlalu bergantung kepada Negara lain
Terlalu banyak produk Impor masuk ke Indonesia, bahkan bahan pokok sehari-haripun di Import. Beras masih impor, Kedelai, Singkong,Biji Gandum,Terigu, kentang, jagung, garam, bahkan peniti juga masih impor. Walau punya hutan luas, harga kayu dan produk kayu sangat
mahal sehingga untuk membangun rumah menggunakan bahan-bahan impor. yang paling ironis adalah pemerintah telah gagal mengantisipasi lonjakan impor sehingga ancaman defisit perdagangan pun terus menghantui. Ekspor bahan baku yang selama ini dilakukan oleh Indonesia hanya
menguntungkan negara lain. Misalnya, kita mengekspor bahan baku mineral dan batu
bara (minerba) ke negara tujuan ekspor dan hasil produksinya itu kita impor lagi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. wow. . . .
4.Korupsi pada aspek yang berhubungan dengan "aparat"
Korupsi menjadi hal yang biasa karena sudah terlalu banyak orang yang melakukannya di Indonesia ini. Yang paling miris adalah Uang Alquran pun di korupsi. Banyak kasus yang terungkap menunjukkan betapa korupsi sudah mengakar
di berbagai lapisan. Kejahatan kerah putih di Indonesia seperti puncak
gunung es. Berbagai dugaan kasus korpsi dengan nilai yang sangat besar
mengindikasikan lebih banyak lagi kasus korupsi atau suap kecil-kecilan
yang tidak terjamah tangan-tangan hukum. dari yang berurusan dengan kelurahan sampai yang berurusan dengan pejabat tingkat tinggi.
5.Harga Makanan Tidak Terkendali
Kartel pangan merajalela, belakangan ini bahkan pemerintah akan penghapusan kebijakan bea masuk 5%menjadi 0%. Kalau seperti itu bisa jadi pemerintah mendapat jatah dari kartel-kartel pangan. Permainan kotor kartel Pangan bisa dilakukan karena tak ada transparansi sekaligus akurasi soal data pangan, baik cadangan di dalam negeri maupun data impor. Pola kerja kartel pangan sekarang sudah mirip mafia yang menguasai distribusi pangan di negeri ini. Praktek kartel ini tersembunyi dan terorganisir. Mereka melakukan dan mendapatkan praktik kartel ini dengan melakukan lobi dengan pemerintah. Sebagai contoh, harga daging di Indonesia menjadi yang termahal di dunia.
6. Terlalu Banyak Penduduk
Indonesia masuk kedalam daftar 5 negara dengan penduduk terbanyak dimana Indonesia Menduduki Urutan Ke 4 Setelah Negara Amerika.Berikut Daftar 5 Negara Dengan Penduduk Terbanyak Di Dunia :
-China Dengan 1.332.451.196 Penduduk
-India Dengan 1.153.207.176 Penduduk
-Amerika Serikat Dengan 304.596.396 Penduduk
-Indonesia Dengan 238.315.176 Penduduk
-Brazil Dengan 197.036.192 Penduduk
Meledaknya penduduk sebenarnya tidak terlalu masalah bila pemerintah mempunyai platform jelas mengenai pemerataan pembangunan dan memberikan hak sepenuhnya kepada rakyat Indonesia untuk mengelola sendiri hasil alamnya, tidak dengan memberikan konsesi kepada rakyat asing untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia. What do you think ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar