Hal Sia-Sia yang Dilakukan Aparat

1. Razia Minuman Keras.
Berapapun banyaknya minuman keras yang dirazia, akan selalu muncul varian-varian minuman keras baru yang muncul ditengah masyarakat, hal ini dikarenakan aparat pemerintahan hanya merazia pemasok dan pengecer, sedangkan pabrik tempat pembuatannya tidak pernah tersentuh.

Aparat selalu merasa bangga bila berhasil menangkap,menyita dan menghancurkan ribuan minuman keras, tapi produsennya tidak pernah ditutup atau tersentuh hukum. Mungkin pemerintah dibuat mabuk oleh Rp yang dihasilkan industri haram miras yang  konon setahun mencapai Rp 5 triliun (legal), itu belum termasuk miras ilegal. Kemendagri  tidak memperhatikan realitas yang ada bahwa dampak peraturan miras yang tidak tegas (Keppres) berakibat pada banyaknya korban berjatuhan. Bahkan meski perda sudah diterbitkan, dampak miras masih cukup mengkhawatirkan, apalagi ada wacana untuk menghapuskan Perda Miras.

2. Razia  PSK
Razia PSK yang sering dilakukan oleh aparat tampaknya sia-sia belaka. Hal ini dikarenakan setelah tertangkap, para PSK tersebut hanya didata lalu dipulangkan tanpa ada tindak lanjut yang kongkrit, jelas merupakan pekerjaan yang sia-sia, belum lagi anggaran yang dikeluarkan untuk razia tersebut. Razia tersebut menggunakan anggaran APBD yang nota bene adalah uang rakyat.

Hal ini akan terus berlanjut entah sampai kapan dan menghabiskan entah berapa rupiah. Selama hukumnya masih abu-abu dan tidak tegas, maka razia PSK akan menjadi suatu rutinitas aparat kita.

3. Razia Gepeng
Upaya razia atau penertiban gelandangan dan pengemis (Gepeng) yang dilakukan oleh pemerintah terkesan sia-sia. Pasalnya keberadaan mereka tetap saja menghantui dan bebas berkeliaran. Bagaimana sistem penertibannya?  Ternyata hanya sebatas tangkap, data, bina selama tiga hari, pulangkan, tanpa ada solusi bagaimana untuk langkah pengaturannya.


Kadang dalam penertibannya, aparat terkesan tidak manusiawi dan terlihat kejam terhadap anak-anak dan manula tanpa memperhitungkan aspek psikologis mereka. Aparat mungkin  tidak memperhitungkan bahwa hal ini mereka lakukan karena tidak ada cara lain untuk mencari rejeki dan tidak ada jaminan hidup bagi para manula.