Ironi di Negeri Agraria
17/12/12 on
Petani di Indonesia seakan tidak hidup merdeka di negeri sendiri. Mereka kadang menjadi komoditi politikus, waktu pemilu, petani didekati dan diiming-imingi, setelah pemilu, ditendang. Lahan merekapun menjadi perebutan oleh real estate, industri perkebunan maupun industri yang berteknologi canggih.
Para pelajar pun tidak berminat lagi terhadap pertanian karena identik dengan miskin. miskinpun dikarenakan pemerintah yang tak punya kelihaian dalam mengelola pertanian. Ketika musim tanam pupuk menghilang dan harganya melangit, irigasi buruk yang kadang menyebabkan kekeringan, dan ketika panen harga produk pertanian anjlok karena ketidakmampuan manajemen distribusi. Jika panen gagal, keluarga mereka pasti akan mengalami kesulitan, terpaksa makan nasi aking, menggadaikan barang-barang, dan menunggak bayaran sekolah anaknya. padahal petani adalah :
1. golongan yang paling tidak pernah membebani keuangan negara.
2. hidup mandiri walaupun pas-pasan.
3. tidak pernah berurusan dengan politik dan kriminal
3. tidak pernah mengeluh.
5. warga yang taat pajak.
Bandingkan dengan amerika, adanya jaminan gagal panen, bantuan pengetahuan dan teknologi dari universitas. akses informasi bibit unggul terbaru, kondisi cuaca harian, bahkan harga berbagai jenis panenan. Para petani dan peternak bisa berkumpul di pusat riset untuk mengikuti ceramah tentang produk pertanian atau peternakan. Penggunaan alat-alat pertanian mereka juga berteknologi canggih serta penggunaan GPS (global positioning system) yang bisa menuntun jalannya traktor.
Atau dengan Jepang, pemerintah Jepang memberikan insentif-insentif, untuk mengakselerasi pertanian lokal. Di 20 tahun terakhir ini, pemerintah telah memfasilitasi pertanian lokal untuk memasuki pasar. Menjual tanah pertanian kepada kepentingan komersial, akan dipajaki sangat tinggi oleh pemerintah, sementara memberikan tanah tersebut ke anak untuk pertanian hanya dipajaki sangat minim. Pusat pertanian juga mengundang anak-anak sekolah untuk menanam dan memanen, untuk meningkatkan minat mereka. Pertanian kadang menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Pemerintah memberikan doktrin bahwa pertanian lokal adalah lebih baik bagi kelestarian lingkungan, karena hanya memerlukan biaya, air dan pestisida lebih sedikit.
Bagaimana dengan Indonesia, sebuah negara yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia seperti Indonesia sekalipun akan jatuh dalam krisis pangan. Indonesia nanti adalah Indonesia yang harus import untuk untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Hanya di Indonesia yang para petaninya akan jatuh dalam kemiskinan berkepanjangan karena terdesak produk pangan impor yang lebih murah. Bagaimana Presiden dan Menteri Pertanian, Apakah sudah bekerja dan berfikir untuk Petani ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar