Mengapa Laut Kita Istimewa Untuk Interaksi

 on 16/03/12  


1. Pengantar
Sejak kita (saya?) duduk di bangku SD sampai SMA, selalu dicekoki dengan doktrin betapa istimewanya posisi Indonesia secara geografis. Apa benar demikian? Kalau dilihat pada peta, ternyata memang benar. Rangkaian kepulauan terbentuk demikian indahnya, dari barat sampai ke timur, di apit benua Asia dan Australia, juga samudra Pasifik dan Hindia. Mengenang istilah dari buku geografi SMP dulu, ini dikenal dengan 'posisi silang'. Masalahnya apakah keistimewaan ini sekedar indah dipandang mata ataukah juga punya arti penting lainnya? Mari disimak.1. Pengertian Konservasi
2. Rangkaian kepulauan Indonesia menyebabkan sistem perairan yang rumit dan memegang peranan penting
Jika rangkaian kepulauan dari sumatra sampai papua tidak ada, maka samudra Pasifik dan Hindia akan bergabung. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), pada tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah 18.306 buah (Soesilo, 2004). Artinya ada 18.306 benda masif yg memperumit sistem perairan, dan mengingat disertasi tebal seorang senior berkebangsaan Jepang di lantai 6 dari gedung yang sama, berjudul How Islands Stir the Ocean, beliau menggunakan data arus Kuroshio yang melewati beberapa pulau kecil di Jepang. Terbayang kerepotan dan ketebalan disertasinya jika harus menggarap data laut Indonesia yang dengan 18.306 pulau, betapa rumitnya.
CSIRO, Commonwealth Scientific and Industrial Organzation di Australia menyatakan The Indonesian archipelago is a critical 'chokepoint' in measuring ocean currents and understanding regional climate.
3. Fenomena penting pada laut Indonesia
Bisa dikatakan dalam kebanyakan buku acuan untuk iklim dan interaksi lautan-atmosfer yang terkenal selalu menyebutkan Indonesia di dalamnya. '...............important regions of rising motion are over Indonesia and....', Gill 1982 ?mengenai udara lembab dari zona angin pasat dalam sel Hadley -sel yang mendeskripsikan sirkulasi bahang di atmosfer. Buku ini, dengan judul Atmosphere-Ocean Dynamics, merupakan salah satu primbon sehari-hari kami di lab.
Tercatat ada lima halaman yang menyebutkan Indonesia di dalamnya. Sebuah buku hasil kontribusi bersama dari puluhan ahli oseanografi terkemuka di dunia, bertajuk Ocean Circulation & Climate Observing and Modelling the Global Ocean, bahkan mempunyai sub bagian khusus mengenai Indonesian Seas dalam Section 4; The Global Flow Field untuk Interocean Exchange. Apa gerangan laut Indonesia untuk pertukaran antar samudra? Arus lintas Indonesia. Kalangan kita menyingkatnya sebagai Arlindo, sementara dunia internasional menerjemahkannya menjadi Indonesian Throughflow (IT). Atau (?sayangnya) malah terbalik; Ilmuwan luar negeri menemukannya terlebih dahulu, lalu kita menerjemahkannya.
Arlindo adalah suatu sistem arus yang menghubungkan samudra Pasifik dengan samudra Hindia. Jalur Arlindo dimulai dari perairan antara Mindanao dan Halmahera, mengalir masuk melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya. Setelahnya ia meninggalkan perairan Indonesia melalui selat Lombok dan sebagian besar lainnya berbelok melalui laut Flores, laut Banda dan memasuki samudra Hindia. Webster et al. (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo'...adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya'. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Kedua samudra tersebut akan sangat berbeda jika tanpa Arlindo (MacDonald, 1993). Maes(1998) menemukan bahwa ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak 2-10 cm. Perubahan dalam bilangan sentimeter dalam skala samudra akan berpengaruh sangat besar pada sirkulasi lautan dan keadaannya secara keseluruhan, yang berimplikasi pada perubahan anggaran bahang dan akhirnya perubahan yg drastis pada sistem iklim regional. Sebagai pembanding, peristiwa El-Nino yg merupakan bergesernya massa air hangat dari ekuatorial Pasifik barat ke arah timur (sampai pesisir Peru), menurunkan/menaikkan permukaan laut di barat/timur Pasifik sekitar 10-20 cm. Dampaknya adalah perubahan termoklin (kedalaman dimana gradien perubahan suhu jauh lebih besar daripada gradien perubahan kedalaman) baik di sisi barat/timur Pasifik dengan skala mencapai 50m. Konsekwensinya yang terkenal antara lain adalah rusaknya perikanan Anchovy di pesisir Peru karena perubahan kedalaman termoklin ini pada akhirnya merusak sistem upwelling (daerah perairan yang subur sehingga banyak dihuni ikan) yang normalnya terdapat disana. Pergeseran massa air hangat ke timur juga membawa massa udara yg lembab di atasnya, sehingga curah hujan di sisi timur meningkat sehingga terjadi banjir dan tanah longsor sementara pada sisi barat Pasifik mengalami kekeringan, bahkan sampai mengakibatkan kebakaran hutan tropis.

Gambar 1. Jalur arus lintas Indonesia.
Kembali pada Arlindo, laut Indonesia bukanlah sebuah kanal pasif yang menghubungkan kedua samudra; karena stratifikasi suhu dan salinitasnya mengalami modifikasi signifikan oleh pasang surut, percampuran krn angin dan aliran laut-udara (Ffield and Gordon, 1992, 1996). Berbagai massa air dari Pasifik yang menjadi Arlindo terubah, sehingga profil suhu-salinitasnya yang memasuki Hindia sangat berbeda dengan sumber asalnya di Pasifik.
Berikut adalah ringkasan hasil temuan Gordon, Susanto dan Vranes, 2003 mengenai peranan Arlindo dan laut Indonesia dalam sistem iklim regional. Selama musim dingin, angin bertiup dari Barat Laut menyebabkan massa air bersalinitas rendah dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa bergerak ke tenggara memasuki jalur Arlindo. Memasuki musim panas, angin berbalik arah dan mengembalikan massa air tadi ke tempatnya semula. Di selat Makassar, angin berperan lain dengan mendorong Arlindo berlawanan arah dari arusnya (ke utara; Arlindo dari selatan). Sepanjang musim panas, Arlindo terkuat adalah dari kedalaman 0-100m. Sementara karena proses di atas tadi, sepanjang musim dingin arlindo 'terganggu' oleh massa air yg lebih tawar (salinitas rendah). Massa air ini berdaya apung lebih, sehingga 'menekan' Arlindo yg lebih asin ke kedalaman di 100m dan melemah. Perubahan pada Arlindo ini sangat mempengaruhi cuaca; ketika massa air hangat mengalir dari Pasifik ke Hindia, menyebabkan tingginya curah hujan di sepanjang pesisir karena banyaknya penguapan. Ketika penguapan ini terbawa ke pesisir, terjadi peningkatan massa air tawar di Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Tambahan air tawar ini lalu memasuki jalur Arlindo, menyebabkan arus yang lebih dingin dan kurang bahang masuk ke Hindia. Pada akhirnya ini mengurangi curah hujan, mengurangi tingkat air tawar Arlindo dan kembali pada kondisi semula.
4. Penutup
Kembali pada berandai-andai di atas, jika laut-kepulauan Indonesia tidak ada, maka bisa dibayangkan betapa berbedanya iklim regional. Para ilmuwan seluruh dunia harus bekerja keras untuk membuat model dan simulasinya.
Sebagai usaha penelusuran untuk publikasi keilmuan mengenai laut kita, komputer saya mencatat pencarian dengan kata kunci pada mesin pencari scirus 'Indonesian Throughflow' menghasilkan 1.297 total item dengan rincian 167 jurnal dan 1.130 web. Sementara dengan kata kunci 'Arus Lintas Indonesia' hanya menghasilkan 244 item, seluruhnya web, bukan jurnal.Yang lebih memprihatinkan, setelah dilihat satu persatu yang relevan dengan Arlindo sendiri hanyalah 3 item, sisa lainnya merupakan kata 'arus', 'lintas' dan 'Indonesia' yang tidak berkenaan dengan Arlindo sama sekali. Dari sudut pandang globalisasi, adalah membanggakan melihat betapa menariknya laut kita dikerubuti ilmuwan manca negara, dan mengungkap penemuan yang signifikan. Juga hasil penelitian ilmuwan kita sendiri yang hanya dalam hitungan jari yang dipublikasi dalam bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional bisa dihitung masuk dalam kategori ini. Tetapi dari sudut pandang nasionalis, maka ini memprihatinkan karena hanya ada sekian item yang ditemukan. Tentunya akan berbeda dengan jika memasukkan kata kunci semisal 'Kuroshio' dalam kanji pada mesin-mesin pencari, maka akan diperoleh ribuan item hasil. Jepang bahkan berhasil memaksa dunia internasional melazimkan kata 'kuroshio' ini untuk definisi arus batas barat yang terletak di sebelah barat samudra Pasifik Utara. Padahal, tentunya fenomena-fenomena pada laut kita sangat tidak kalah istimewanya.
Mengapa Laut Kita Istimewa Untuk Interaksi 4.5 5 Fizzo's Blog 16/03/12 1. Pengantar Sejak kita (saya?) duduk di bangku SD sampai SMA, selalu dicekoki dengan doktrin betapa istimewanya posisi...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.