Dr Subchan adalah seorang peneliti asal Indonesia, berhasil meraih prestasi bergengsi di Inggris. Hal ini terjadi pas pada saat Indonesia merayakan Hari kemerdekaannya. Dan ini bisa menjadi kado luar biasa buat negeri tercinta ini.
Yang menarik dari Dr. Subchan ini adalah selain sebagai seorang Ilmuwan. Ternyata beliau pun seorang politikus. Hal ini terbukti dari beberapa forum politik dimana beliau sempat angkat bicara. Iya memang, Dr. Subchan adalah kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Dia banyak menjelaskan ke media-media mengenai sepak terjang Partainya tersebut.
Dalam konteks perang modern, lanjut Wallace, produk teknologi seperti yang dikembangkan Subchan dan timnya memang sangat relevan. Medan yang asing dan sulit, membutuhkan piranti yang bisa sangat membantu prajurit tempur.
Robot yang dikembangkan Team Stellar ini terdiri atas dua pesawat kecil dan satu kendaraan darat. Semuanya tanpa awak. Wahana ini dilengkapi dengan sensor radar, panas, dan visual. Untuk menyelaraskan kerja ketiga robot ini, sekaligus menganalisis hasil yang didapat, dibuat semacam pusat mengendali terpadu.
Kepada Jawa Pos Subchan memaparkan, tiga komponen robot yang dikembangkan Team Stellar itu punya fungsi sendiri-sendiri yang saling menunjang. Pertama, pesawat tanpa awak yang terbang tinggi. Alat ini berfungsi memetakan wilayah dan mengetahui medan. Pesawat ini bisa mendeteksi kendaraan militer; tank, bahkan sniper (penembak jitu) lawan.
Namun, untuk bom pesawat, alat ini tidak bisa mendeteksi secara akurat. Itulah sebabnya dibuat robot kedua dan ketiga berupa pesawat tanpa awak yang terbang rendah dan satu robot darat (ground vehicle). Kedua robot terakhir ini lebih berfungsi untuk mengecek atau melakukan verifikasi terhadap temuan pesawat pertama yang terbang tinggi .
Subchan, yang menempuh master bidang applied matematics (S2) di Delft University of Technology di Belanda pada 1998-2000 ini terlibat di bagian desain dan pengembangaan kendaraan udara dan darat tanpa awak. ”Ini memang pekerjaan yang sangat menguras tenaga dan otak,” kata pria kelahiran Jombang Mei 1971 itu.
Dia menceritakan, proyek robot militer ini dimulai sekitar pertengahan 2007. Selama kurang lebih setahun, Team Stellar yang menggabungkan beberapa perusahaan pertahanan dan Cranfield University itu mengembangkan dan menguji coba Saturn di lapangan. Uji coba dilakukan di beberapa tempat di Inggris.
“Proyek ini membuat saya sering ke lapangan dan menghabiskan waktu di alam terbuka. Kadang selama berhari-hari menyempurnakan Saturn,” kata anak kedua dari empat bersaudara pasangan Abdul Muin dan Djamilah ini.
Dalam enam bulan terakhir, hampir tiap minggu Subchan dan timnya ke lapangan menguji Saturn. Waktu yang terbatas memang menjadi salah satu kendala pengembangan Saturn. Bahkan, sampai babak final pun, masih ada beberapa masalah yang mengganjal.
”Pada proofing event (pembuktian produk) yang berlangsung selama lima hari, kami sempat khawatir karena sampai hari ketiga komunikasi antara stasiun pengendali di darat dan robot kendaraan tidak begitu bagus,” bpak lima orang anak itu. Untunglah pada hari keempat, persoalan bisa diatasi.
Menurutnya, salah satu tantangan yang harus dilakukan setiap tim adalah dalam waktu satu jam harus mendemonstasikan hasil temuannya di Village of Copehill Down, di Salisbury Plain, Wiltshire, Inggris. Yakni, sebuah perkampungan yang khusus dibuat untuk latihan militer. Kondisi perkampungan itu dibuat sedemikian rupa mirip dengan medan peperangan, lengkap dengan snipers, bom, tank, peluncur roket, hingga aktor yang berperan sebagai tentara lawan dan penduduk sipil.
Dalam tantangan seperti itu, robot peserta MoD Grand Challenge harus bisa membedakan mana yang ancaman dan mana warga sipil biasa.
”Saya sangat bersyukur bisa menang,” kata suami Ima Imadatul yang pernah empat tahun bekerja di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) sebelum menjadi dosen ITS.
Subchan layak berbangga karena dari 11 tim yang mengikuti lomba ini hanya enam yang masuk babak final. Dan dari enam ini, Team Stellar menang dan berhak atas penghargaan begengsi RJ Mitchell Trophy. Tropi yang mengambil nama perancang pesawat Spitfire Fighter, pesawat tempur legendaris pada pertempuran Battle of Britain.
Ia mengaku tidak pernah membayangkan dan berencana menjadi peneliti militer. Tapi kuliah S3 di Cranfield University membuatnya menekuni penelitian dan pengembangan teknologi militer. Ia pernah meneliti ‘awan yang tercemar nuklir’. Bila semisal ada kebocoran di reaktor nuklir, Subchan membantu menentukan luas wilayah yang tercemar bahan berbahaya. Dari sini bisa ditentunkan warga di wilayah mana yang harus diungsikan karena kebocoran nuklir tersebut.
”Inilah yang membuat saya senang dan menikmati bidang saya. Ada hasil nyata yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,” kata Subchan yang juga sering menjadi pembicara pada forum pengajian di Swindon dan London.
Untuk masa depan Saturn yang ia kembangkan bersama Team Stellar, ia belum tahu persis kapan selesai dan dipakai oleh kalangan militer. Yang jelas, teknologi yang dipakai sangat kompleks dan membutuhkan dana yang besar. ”Kalau dananya tersedia mungkin Saturn bisa hadir lebih cepat,” katanya. (el)
Oleh pemerintah Inggris berminat akan mengembangkan penemuan ini..